Followers

Sunday, October 31, 2010

sebelum dewasa menua memisahkan kita.

 Ella, Penulis, Ezy, Ma, Emah

suatu waktu dulu, kita pernah menjadi anak kecil. mengait suci putih awan lalu kita pintal menjadi indahnya mimpi malam pekat. kita dabik dada kala itu akan seluruh kehidupan kita yang punya. meski mereka mencemuh, meski kerah mereka agar kita hilangkan mimpi-mimpi kosong itu, kita berlari dan menyanyi terus-terusan. aah apa yang mereka tahu? dunia mereka tiada pari-pari, tak punya sayap tenang lebar seperti kita, hati mereka takkan pernah impi terbang di biru camar langit. sedangkan kita saban hari menyusuri percikan warna pelangi, tangan kita erat tercipta menggenggam menyatu. rasa indah tenang damai itu hanya kita yang punya.

suatu waktu dulu, kerdip silau bintang-bintang adalah rumah api kita. akan tetap selalu haluan matlamat hati kita menuju bintang yang sama. bintang tinggi jauh itu takkan berganjak katamu. di situ kita kan binakan, kita kan ciptakan bahagia kita sendiri. kala sepi merobek hening malam, akan kita kira setiap bintang itu, meski yang kilauannya pudar sekalipun. di situ kita hampar tebarkan kain rentang, agar kita selamat disambut andai tersungkur rebah. dan dari tiap luka parah yang kita palitkan, kita temu bahagia kita. waktu dulu itu, layang-layang putih adalah mainan kita, meski angin menderu pantas, meski terlepas terputusnya tali pegangan, tetap kita takkan menangis. waktu dulu juga, kita bina hiaskan istana pasir sekukuh permata, meski ombak pantai datang menghempas, kita pertahankan apa adanya. itulah bahagia kita.

suatu waktu dulu, pernah kita meterai janji akan selalu mengingati, takkan pernah luput akan tiap kenangan yang kita sama lakarkan. kata mereka lagi, rasa ini takkan kekal, bahagia itu akan hilang. saat itu bibir kita diam membatu, tapi hati kita sama laungkan, aku ini akan selamanya ada buat kamu, kerana aku yakin adanya kamu selalu untukku. mungkin mereka tidak tahu, rasa ini sesuatu yang rumit, yang sukar dimengerti, payah diwujudkan, maka ianya susah dipadamkan. kenaifan kita miliki adalah harta bernilai yang takkan terlawan oleh ribuan ringgit. cukup sekadar hadirnya kita bersama.

hari ini, anak kecil ini telah dewasa. telah mengenali akan sakit perit hidup belaka, telah melakar sejarahnya yang agung, telah belajar erti berjuang dan melepaskan, malah tahu tersenyum meski hatinya merintih. tetap anak ini menagih jawab pasti yang sama, maka hari ini anak ini memohon...

sebelum dewasa menua memisahkan kita, yakinkan aku akan degup nadi kita selalu seirama.

waktu akhirnya.

aku ini tidak sekuat yang kamu sangka. aku ini tidak sekebal perisai perang menahan luka darah segala. aku juga bukan sekukuh kubu yang walau dihentam berkali tetap teguhnya kekal. aku ini takkan pernah mampu berdiri sendiri jika tiada yang memapah menopang. aku ini yang hanya tahu mengadu pada pekat malam dan menangis dalam rintih hujan. aku yang kata mereka tiada punya rumit dan hidup yang serba sempurna. aku ini tidak kenal mana bahagia dari derita kerana kedua itu semua sebati denganku. aku yang adakala meraung dalam sepi hati bisu tetap ada senyum di bibir merekah. aku ini hanya dramatis di atas pentas kosong yang mendustai semua yang menonton. aku ini bukan sang bulan yang bisa saban waktu memancar cahaya yang bukan dirinya. aku ini yang tidak cukup kuat untuk bernafas menyusuri setiap celahan impian berseorang diri.

ini hanya si kerdil aku dan bukan si pari-pari kecil yang jujur berlagu meski sayapnya patah berderai.

aku ini perlukan keyakinan bahawa andai seribu pun yang menentang mencerca, akan bisa hadirnya kamu tegak di sebelah, takkan berganjak walau kamu dipijak dimaki. hanya kerana kamu itu meyakini akan lahirnya aku untuk kamu. aku ini perlu tahu adakah kamu mampu menuntun setiap langkah longlai yang aku jalani meski kamu waktu itu boleh sahaja berlari kencang. aku ini tidak mahu menanti melewati kamu itu sehingga hari-hari sepi hidupku berlalu kerana aku perlukan jawabmu waktu ini, hari ini dan bukan esok atau nanti. aku ini perlukan kamu menembusi hijab mataku dan bersumpah setia akan adanya kamu sentiasa memangkin darah dagingku kelak. aku ini yang hanya perlu hadirnya kamu untuk melengkapi segala yang tiada, kerana aku ini adalah tulang rusuk kirimu. yang serba tidak lurus tapi cukup kuat untuk kamu sandarkan setiap lelah dan jerih payah hati kecilmu. aku ini yang akan menjadi cukup kuat untuk bernafas menyusuri celahan impian andai kiranya kamu udara yang kuhirup di tiap hening pagi dan dingin malam.

ini hanya si kerdil aku yang mungkin sahaja bisa menjadi pari-pari kecil yang jujur berlagu andai sayapnya kembali tumbuh.

waktu akhirnya, aku ini hanyalah aku bila adanya kamu.

Thursday, October 28, 2010

these i remember most.

friends are like flowers. they give pleasure just by being.

even though i'm not a huge fan of flowers, i guess many people do find pleasure from them. hey, i don't have to look far. here is my mum, out on her lovely garden at this exact moment, taking care of her gazillions flowers and gazing at them admiringly as if they'd turn any second into Chanel's iconic 2.55 handbag. not that she'll wear them or even know what that is, but i bet it'll look good on me. okay, back to flowers. yup, i've never really been interested in flowers. once there was this school trip to cameron, and everybody brought back bunches of flowers. i mean, bouquets of them pink, red, white and yellows. i couldn't even enjoy the view anymore because the bus was packed with flowers. heck, i couldn't even see my friend in the seat next to mine. as for me, the only thing i brought back was a hat. hey, it was a gorgeous baby blue with yellowed flower embroidery. yes the flowers were fabric but still. it counts, right? anyway, my mum went ballistic after that. all the way to cameron and a hat? that was all i heard from mum because then i was too busy watching my dad trying to muffle his laugh with a cushion. yes, those were the days.

and now, things haven't changed. my mum is still gung-ho about her flowers. more so now that she's retired and has countless blessing hours to spend with her dainty silly flowers. and me? i'm still hanging out with my friends now and then. some i've known during my school years, the rest from my university life. and you know what i found out? my friends are a pleasure to me as flowers are to my mum. they've been there throughout phases of my life, and without them, i might've turn out differently. who knows, i might become one of those emo people with studded eyebrows, dark eyeliner and black lipstick. whoa~! *shaking head to erase the image*

where do i begin? since i've never been to any kindergarten or preschool, i guess standard one would be a good place to start. here i met my best friend. back then i was this bully's dream with ponytail and timid as a mouse. my class teacher would constantly call my mum asking her of my mental situation, because apparently i was not on a speaking term with anyone. i wouldn't even answer when the teachers called my name. they actually thought i was mentally unfit. in short, i was an utterly totally ugly loser. but there was this girl, she pulled me out of that state. while all my classmates stared at me like i was some kind of a freak show (hey, i don't blame them), this girl offered me a friendship. and she wasn't just any girl. she was the it girl. the smartest, the prettiest and most popular in the entire grade. yet she wasn't even half the snob that they were. as you can already guess, we became best buds right away, and all the way to high school. those were the days when my world was a bleak, and all kids were monsters, i was blessed to have found this angel. she taught me to find the good in people, and that the world is not such a scary place, if you give people the chance to know you.

then, the teenage nightmare begins. being teenagers are the scariest and the most fun part of your life. i mean, everybody wanted to rule, and you have to be aware not to mess up with the kings and queens. but if you play your cards well, you'll get to be on their good side. me? i was the principal's daughter. they didn't hang out much with me because of that. i only have few close friends, but they were more than enough. even if the entire student body decided to suddenly adopt me, they still wouldn't match how great my friends were. with them, i learned how to let go of your fear and just live. we snucked out of class together, playing cards when the teachers were late, hopping from library to canteen to media room just to skip classes. and we found out that the safest place to hang out when you skip classes is the teacher's room. we'd be pretending to wait for some teachers whom we knew had classes at that time, and when people asked, we'd say that we were supposed to meet him/her. but most of the times, nobody would ask us anything. i mean, who would suspect you of skipping classes if you hang out in a room full of teachers where you can easily get caught? and because of that tactics, we became legend. copycats started to emerge and so we put a halt to that scam. we figured that the more you became famous, the more likely you are to get busted. so we came up with a new plan each time and sometimes we did get busted and received strokes of rattan. but we live. those were the days when i was taught how to just enjoy life to the max and we had no worries whatsoever. future was not a great concern to us. we were invincible.

when i entered university, things take a complete turn. the word responsibility slowly creeps in and we learned the hard way. paying up the house rents, electric bills, water bills, internet bills, and college fees. unlike my friends, i wasn't on any loans, so i was self-financed. money was a major problem. and studies slowly became the priorities. once i loathed studying, now i guess it wasn't so bad after all. you get to watch movies, read novels short stories and poems, and creative writing was a blast. school days were never this fun. and yes, you get to watch late night movies with your friends on a school day, at a cinema, no less. we've always preferred catching late night movies because the days were almost always packed with people. especially weekends. the long queues were just unbearable. the food hunting was remarkable! we hopped from one diner to another just to satisfy our passion for food, even when the food taste horrible. yucks! and the best part, no uniforms! on the days where you actually woke up late, jeans and shirts would do. even more, for a one hour class; ironing baju kurung and wasting the elctric bills were just not worth it. and yes: class started at 0830 am the earliest whereas at school, by 0700 am i was already at the school gate. responsibility and freedom is more balanced at this phase. we learned how to look for the fun in everything, even whilst being bored to death in class, we'd never skip them. we learned how to swallow the sugar and the lime at once. and it doesn't taste so bad after all. definitely edible.

so what does it tells you to have a friend? they accepted you into the it crowd? they covered your tracks so you won't get caught? they stayed up late with you to watch late night movies? maybe. but i guess the best of all is that they make what could be the most unbearable, bearable.

**this entry is dedicated to a beautiful girl who was born 23 years ago. happy birthday tini. live well and be blessed!

Tuesday, October 26, 2010

kerana kamu adamku.


aku pernah menemui seorang adam. yang sayangnya utuh menahan terik mentari dan ribut gelap. yang ada kala mendamaikan, sesekali merunsingkan. tetap dia adam yang sangat baik. tapi dia juga bukanlah adam yang sempurna, ada kala lupa akan kasihnya kepada Tuhan. kerana ini, ku buang adam yang satu ini jauh dari tiap pelusuk hidupku, kutinggalkan adam ini dalam kegelapan. tapi sayang yang telah tepu itu cukup berbekas terkesan selalu. khilafku padamu adam kerana tidak terfikir untuk membawamu keluar dari kegelapan itu, melihatkan akan cahaya Ilahi itu sebenarnya cukup indah jika dihayati. ketahuilah adam, saat itu aku juga tidak yakin akan keimanan yang aku sendiri hadirkan dalam diriku. aku juga baru belajar akan agungnya bait-bait al-Quran. iya, aku pernah menjadi seorang hawa yang jahil akan hakikat hak milik semuanya Allah. helaian kitab suci dan putih telekung itu pernah aku abaikan dahulu. Alhamdulillah, Tuhan itu Maha Pemurah Penyayang sifatnya, lalu dihadirkanNya hidayah itu untukku. dan dari saat hidayah itu tiba, aku hilangkanmu adam dari hidupku. dan sejak itu juga, aku menjadi seorang hawa yang hidupnya tanpa seorang adam.

oleh itu, kata mereka hatiku terlalu kering. jiwaku sukar mempercayai, dan pilihanku terlalu terasing. dan usiaku juga semakin bertambah seiring masa yang berputar. tidakkah aku sedar masa yang ada kian suntuk mengejar aku membuat pilihan yang sebetulnya dari dulu lagi telah aku putuskan? aku tidak menyalahkan mereka, malah aku akui ada benarnya kata-kata mereka itu. mereka juga seorang hawa sepertiku, yang sentiasa memerlukan adamnya di sisi. aku juga butuh adamku. aku juga dambakan adamku. ada detik di mana daerah hatiku juga sunyi tanpa seorang adam. benar, seorang hawa itu tak akan lengkap tanpa adamnya.

tapi barangkali mereka juga tidak tahu. perlunya adam bagiku bukan sekadar menambah indah cantiknya duniaku. bukan untuk dipamer seantero alam akan bahagia sukanya kami. dan jauh sekali demi memuaskan nafsu dugaan dunia semata. tidak. jika itulah adam yang aku cari, tentu sahaja mudah bukan? sayangnya, aku tidak perlukan adam itu. aku tidak mahu adam itu. adam yang itu indah bahagianya hanya sementara, tak mampu untuk memimpin tanganku berjalan seiringan ke syurga kelak.

adamku ialah yang menyayangi Tuhannya lebih dari dia menyayangiku. yang rindunya kepada Ya Rab melebihi rindunya kepadaku. yang setiap titik peluh darah dan airmata darinya adalah demi Allah. adam yang hanya akan memimpin tanganku sesudah aku sah menjadi hawanya yang satu. seorang adam yang keteguhan imannya lebih gah daripada keteguhan taj mahal. yang memahami bahawa lebihnya aku seorang penulis daripada seorang pendebat. adam yang dalam serius bicaranya terselit jua tawa usikan. yang mampu mendamaikanku dengan ayat suci dan tikar sejadah tika aku dilanda resah kepanjangan. yang berani menegurku saat aku lalai dan jauh dariNya. maka akan dibimbingnya aku menuju keredhaan Ilahi itu. adam itu yang akan bersama-sama denganku membina melahirkan yang soleh dan solehah, yang doa mereka tidakkan putus meski kami tidak lagi bernafas, malah mereka yang akan teruskan perjuangan itu kelak. itulah adamku.

dan bila tiba masa aku ditemukan denganmu adam, ku mohon agar kasih sayang ikatan itu biarlah tersimpul mati, tak terungkai akan mendung awan dan badai ombak. dan setelah kamu memilih untuk bersamaku, perlulah bagi kamu menjaga hidup dan matiku agar cinta itu halal di mata dunia juga akhirat. dan kerana aku wanita yang kamu pilih, maka lindungilah aku dari kealpaan, sedarkanku bilaku tersasar jauh, pertahankanku dari kemungkaran, pastikan aku menyusuri jalan Allah bersamamu. dan InsyaAllah, kita akan selalu bahagia begitu.

dan kerana kamu adamku, aku ingin kamu tahu akan hakikat yang satu ini.

Monday, October 25, 2010

i am...


how do people do it? how do you say you're sorry by making as little damage as possible to the already damaging situation? for all you know, that person might be waiting his/her entire lifetime for the moment when you drop the 'S' word and then BAM! they blow up, and along the way, shredding you into million tiny pieces, flying into different directions to all parts of the universe. and then you need an entire lifetime just to collect all those missing pieces, and another one to put them all back together. is it worth it then? i used to think a definite NO is the safest bet. just leave things the way they are and people would eventually forget. no need to go through all the hassle just to make yourself feel better. i mean, admit it: apologizing is more about you than the other person you are at fault with. it's not because you feel bad about troubling them but because you want to make yourself feel less terrible. humans are the most selfish creatures, everyone knows that. so why bother to act all goody-goody when everyone's morality is at par with yours? but i was wrong and it hit me so hard that it turned me numbed cold. without apologies the bad feelings are allowed to grow until eventually they grow into something so big and ugly that it is almost impossible to repair. it is difficult to humble ourselves and admit that that we may have made a mistake. however, when you think about the repercussions of not making a simple apology, you will realize that it's worth the effort.

the word SORRY could be the most powerful word in a person's life. it could cost a life or even save it. and i'm not talking about instances where you accidentally stepped on your friend's foot or spilled coffee on her desk or picking up her things by mistake. those are minor faults with minor damages. except if you had a Mr. Hyde as a friend. in that case, my condolences to you. but more so, what if you have wrecked a person's life, smashed it, turned it into a pile of dust, and just leave. i have done that. i was very young then, but it didn't make me less guilty. i did it, and i left. i figured time would heal everything and every one. and for many years, i seriously believed it. i haven't given much thought about it, and it was going on well for me. until it begins to catch up and open up stitches till it bleeds again.

i am 22 years old. and i've learned that if you wronged someone, you tell them you're sorry, you offered explanation, and wished them well. you get more chance of being forgiven. four years ago, i was too busy building dreams and running after them that i destroyed someone else's dream. even worse, i knew i was apart of that dream, but still i left. i robbed off a person's dream so that i could get mine. the thing is, i didn't feel remorse at all at that time. i even forgot about it after a while. and years after that, i even forgot why i left. and i never bothered to remember why. i moved on. but as it is, as you moved on, you'll eventually come back to the first place you've once started. after spending years in hallucination, i came back. and i remembered.

it was like an amnesiac patient who finally remembered that she was a criminal who's taken thousands of lives. i hope with all my heart that the person i wronged would lash out at me, curse me, turn every one against me, hate my guts, anything to get even. but he didn't. he did nothing. so after four years messing up someone's life, how do you say you're sorry? after four years of hurting someone's sentiments of love, how do you repent for forgiveness? after four years of thinking i know what i want, how do you live on knowing that the only thing you want is the one you've destroyed? i guess the easiest way to say you're sorry is just to say it.

now i know - circumstances didn't cause you to destroy someone, but pride did.

Saturday, October 23, 2010

tak semua ombak menemui pantai (2).


hari ini, pantai begitu bahagia. dia telah menemukan ombak yang baru. yang merawat lukanya yang lama. hari ini juga, deruan angin yang dahulunya deras menentang kini telah reda, hanya sekali sekala meniupkan bayu nyaman. tanpa sedar, ombak itu ditiupkan ke pantai yang dahulunya ditinggalkan. pandangan mereka menyatu. pantai membisu, dan ombak beransur pergi buat kesekian kalinya. iya, pantai tidak tahu, dan tidak akan pernah tahu. pada pantai, ombak telah melukainya, meninggalkannya jauh. fikir pantai, ombak lebih mementingkan lautan. dan mahu sahaja ombak teriak ke pantai kisah sebenar antara dia, pantai, dan angin yang bertiup. mana mungkin ombak menentang angin yang cukup dia sanjungi meskipun hatinya menginginkan pantai. tapi pantai tidak perlu tahu ini semua.

kerana andai kiranya pantai mengetahui kisah sebenar, tentu pasti dia akan mencari ombak. barangkali perlahan-lahan, pantai akan memisahkan dirinya dari daratan, dan masuk ke laut mencari ombak. tapi mana mungkin pantai hidup di lautan. belum pun sampai di tengah lautan, dia pasti tenggelam. dan untuk tidak tenggelam, pantai perlu selalu berada di daratan. justeru, tidak dikhabarkannnya ombak kepada pantai akan kisah sebenar. biarlah pantai bahagia bersama ombaknya yang baru.

dan tiada apa yang dikesalkan ombak melainkan satu. sekiranya dia menemui pantainya dari dahulu, ombak yakin dia mampu merubah pantai menjadi lebih baik dan indah. akan dikaut segala kekotoran yang mencemarkan pantai dan alirkannya ke lautan. kerana pantai itu indah, jika ada yang menjaganya.

Friday, October 22, 2010

wash your dry heart clean.


And they say you've a dry heart
That should've been thrown in a cart
But even if you were way off by a yard
Love can still hit you like a poisonous dart

So you keep your dry heart clean
Tell them to back off and be mean
Never let your feelings be seen
Walk away from that James Dean

Didn't they know that though wound heals
The scars would pile up like a stack of bills
So now you know how love kills
In this tragic battle of wills

So leave him before he leaves you
Kill him before he kills you
Wash the blood off your hands
Wash your dry heart clean

tak semua ombak menemui pantai (1).


saya tak suka main pantai. kamu pelik? tak perlu. di sini ingin saya nyatakan bahawa saya tidaklah seputih diana danielle maupon sofia jane. takat jaclyn victor boleh la saya lawan. and no i have nothing against her, that was just an understatement. in fact, i admire her husky voice, ala-ala rani mukherji. siapa rase dia tak kenal rani mukherji, sila google. dia sgt cantek ok. crap, dah start mengarut. asal blogging je, mengarut. asal mengarut je, blogging. takpe, ni blog saya. janji saya suke hati. baik, balik ke pantai. iya saya tak putih cam snow white walau dah bergelen krim pemutih saya pakai. maybe it's God's sign to tell me that appearance doesn't matter, it's the heart that really counts. saya cukup arif akan sign ini tapi buat2 tak nampak. still nak kejar world's beauty more than the hereafter's. moga someday akan dibuka pintu hati saya untuk benar2 beriman dgn hati, lisan dan perbuatan. ameen. dan sebab saya tidak putihlah maka saya tak suka main pantai. nanti gelap, tak cantik. sekarang pun takde boyfriend, nanti gelap lagi takde boyfriend. agaknya syaitan memang suke bisik dekat saya sebab saya rajin dengar cakap makhluk dilaknat Allah itu. tapi dengar je la, takde la ikut sangat pun. kadang2 je. :p

tapi ade satu lagi sebab kenapa saya tak suka pantai. sebab ombaknya. bila dah jalan2 kena lipat seluar takut basah. leceh mengalahkan mak andam. bila dah lipat tu, tentu la pula nampak aurat, betul kan? saya tak suka ombak. bila dia sampai ke pantai, kene pandai mengelak, lompat sana sini. baru2 ini, saya ke pantai, setelah sekian lama tak jejak pasir putih. rasa best pun ade. wah adakah saya sudah tak kesah jadi gelap? heheh. tapi saya masih waras. duduk di bawah pohon2 sudah, tak perlu main air dan membasahkan seluar serta mendosakan diri.

saya suka lihat ombak. bertambah pelik ye? saya memang tak suka main ombak tapi cukup suka melihatnya. kdg2 dari jauh nmpak cam besar gedabak ombaknye, dah smpai pantai, kecik je rupenya. dan antara ombak2 yang berkejar ke pantai itu, akan pasti ada yang tidak menemui pantainya. saya pun akan tertanya2, apa yg terjadi pada ombak tersebut? lemaskah dia? atau sedih ditinggalkan di lautan? mungkin sahaja pantai itu kelihatan sangat dekat buat si ombak, tapi terlalu kuat angin yang menolak laluannya dan akhirnya mungkin dia tewas. atau sengaja tewas? atau mungkin juga dia akur dengan qada' dan qadar Tuhan yang mana tak semua ombak menemui pantai. mungkin juga dengan memberi laluan kepada angin, dia fikir dia akan lebih bahagia. tentu sahaja angin yang bertiup itu perlu difikirkan, perlu diletakkan dahulu sebelum dirinya. dan walau rindunya dia sekalipun kepada pantai, dia hanya mampu melihat dari kejauhan. berada di laut mungkin adalah yang terbaik buat dirinya. di saat itu, di tengah2 lautan, di antara deruan angin, ombak mula berdoa;

"Ya Allah, Tuhan yang amat mengetahui akan perkara2 ghaib. jika Engkau mengetahui bahawa pilihan ini baik bagiku, buat agamaku, penghidupanku dan hari kemudianku, maka temukanlah aku dengan pantaiku, maka berikanlah dia padaku, dan mudahkanlah dia bagiku, kemudian berkatilah dia kepadaku. tapi jika dia bukan yang terbaik untukku, jauhkanlah aku dari pantaiku, biarlah aku tidak menemui pantaiku, kerana dia yang akan terluka setiap kali aku bergelora. Amin ya Rab."

barangkali hari ini juga, sama seperti sebelumnya, ombak itu masih lagi menitipkan doa yang sama. telah bertahun dia tinggalkan pantainya demi angin yang telah mengasuhnya mengenal pantai. kata angin, banyak lagi pantai lain yang boleh kamu temui. barangkali angin tidak tahu, seribu pantai sekalipun si ombak temui, takkan sama dengan pantai pertama yang dia kenali; yang setia menemaninya tiap kali terbit dan terbenamnya matahari, dan yang mengajarnya merasai bahawa embun laut itu ada nyamannya meskipun dingin. tapi tak mengapa, angin itu adalah nadi hidupnya, yang mengemudi haluannya selama ini. mana mungkin dia sanggup melukakan dan menentang angin itu dengan arus yang deras. dan pantai itu pula mungkin hanya satu hentian, yang mana mereka ditakdirkan untuk mengenali, ditakdirkan untuk menyayangi dengan hebatnya, tapi tidak ditakdirkan untuk bersatu. sesungguhnya, sayang yang lebih abadi adalah sayang kepadaNya. dan jika benar Dia menyayangi ombak itu, akan ditemukannya dengan pantai yang lebih indah dan nyaman. dan jika tidak ditemukannya ombak itu dengan mana2 pantai, maka benarlah...

tak semua ombak menemui pantai.