Ella, Penulis, Ezy, Ma, Emah
suatu waktu dulu, kerdip silau bintang-bintang adalah rumah api kita. akan tetap selalu haluan matlamat hati kita menuju bintang yang sama. bintang tinggi jauh itu takkan berganjak katamu. di situ kita kan binakan, kita kan ciptakan bahagia kita sendiri. kala sepi merobek hening malam, akan kita kira setiap bintang itu, meski yang kilauannya pudar sekalipun. di situ kita hampar tebarkan kain rentang, agar kita selamat disambut andai tersungkur rebah. dan dari tiap luka parah yang kita palitkan, kita temu bahagia kita. waktu dulu itu, layang-layang putih adalah mainan kita, meski angin menderu pantas, meski terlepas terputusnya tali pegangan, tetap kita takkan menangis. waktu dulu juga, kita bina hiaskan istana pasir sekukuh permata, meski ombak pantai datang menghempas, kita pertahankan apa adanya. itulah bahagia kita.
suatu waktu dulu, pernah kita meterai janji akan selalu mengingati, takkan pernah luput akan tiap kenangan yang kita sama lakarkan. kata mereka lagi, rasa ini takkan kekal, bahagia itu akan hilang. saat itu bibir kita diam membatu, tapi hati kita sama laungkan, aku ini akan selamanya ada buat kamu, kerana aku yakin adanya kamu selalu untukku. mungkin mereka tidak tahu, rasa ini sesuatu yang rumit, yang sukar dimengerti, payah diwujudkan, maka ianya susah dipadamkan. kenaifan kita miliki adalah harta bernilai yang takkan terlawan oleh ribuan ringgit. cukup sekadar hadirnya kita bersama.
hari ini, anak kecil ini telah dewasa. telah mengenali akan sakit perit hidup belaka, telah melakar sejarahnya yang agung, telah belajar erti berjuang dan melepaskan, malah tahu tersenyum meski hatinya merintih. tetap anak ini menagih jawab pasti yang sama, maka hari ini anak ini memohon...
sebelum dewasa menua memisahkan kita, yakinkan aku akan degup nadi kita selalu seirama.
No comments:
Post a Comment